Sosok kita kali ini adalah seorang yang dikenal memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan. Muda, pintar, dan tidak banyak bircara adalah cirikhasnya. Berbekal ilmu dari pesantren, namanya pun sering disebut di berbagai event penting kenegaraan.
Adalah M. Faiz Fayadl, S.Ag., MA, Kepala Seksi Pengembangan Penyuluh Agama Islam. Terlahir di Talang Padang, 26 April 1969. Pak Faiz, begitu rekan kerja menyapanya, adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Sedari kecil Faiz dibesarkan dalam keluarga santri, ilmu agama didapat pertama kali dari kedua orang tuanya yang juga seorang guru ngaji.
“Ibu dan bapak saya mengajar Alquran, bapak juga mengajar kitab kuning seperti Kifayatul Ahyar, Riyadhussalihin, Durrotunnasihin, juga jurumiyah, saya pun belajar dari bapak dan ibu”, ungkapnya mengawali perbincangan dengan bimasislam di ruang kerjanya (12/9).
Kecintaanya terhadap ilmu agama membawa Faiz hingga ke pesantren modern Darussalam Gontor, Jawa Timur. Disanalah dirinya menempa kemampuan diri baik ilmu agama maupun disiplin ilmu lain. Selama enam tahun Faiz remaja menghabiskan hari hari di Pondok Pesantren yang didirikan tokoh kenamaan, KH. Imam Zarkasy. Dari pesantren inilah Faiz mengaku mendapatkan banyak ilmu yang menuntun hidupnya hingga kini.
Tidak dapat disangkal, pesantren Darussalam telah mengubah hidup seorang Faiz. Dirinya pun mengakui bahwa disanalah dia berubah menjadi seorang yang mandiri dan mendapat bekal kepemimpinan.
“Di pesantern itu diajarkan kemandirian dan kepemimpinan. Segala sesuatu harus dikerjakan sendiri, dipondok juga dikenal dengan orientasi kepemimpinan meski dalam skup paling kecil”, ungkapnya.
Di Pesantren ini pula Faiz memegang teguh pesan gurunya, yaitu tentang kewajiban berbagi ilmu. “Guru saya berpesan, anda harus mengajar walau dilingkup paling kecil sekalipun, di mushalla, di rumah, apapun status anda”, kenang Faiz. Dari pesan itu, dirinya pun tidak pernah putus mengajar hingga kini. Saat ini dirinya rutin mengajar ilmu agama di Kejaksaan Agung RI.
Selesai pesantren Faiz melanjutkan S1 Jurusan Tafsir Hadis dan S2 Program Tafsir Hadis di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakata yang kini berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Pada fase ini Faiz memperdalam penguasaan bahasa Asing yaitu di Lembaga Bahasa dan Budaya UIN Jakarta.
Berbekal penguasaan bahasa dan public speaking yang digelutinya baik semasa di pesantren maupun di universitas, Faiz pun meniti karir sebagai pemandu tamu Istiqlal untuk tamu tamu Asing. Beberapa pejabat negara pernah mendapat sentuhan hangat pria berkacamata ini, di antaranya Presiden Peru dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ke-68, John Kerry.
Hingga saat ini dirinya memang familiar dengan dunia pemandu acara. Selain sebagai pejabat negara, Faiz muda sudah dikenal dengan suara khas seorang master of ceremony (MC). Bahkan setiap acara kenegaraan di masjid Istiqlal seperti pelaksanaan Idul Fitri dan Idul Adha di Masjid Istiqlal sura emasnya tidak pernah absen.
Faiz resmi menjadi aparatur negara pada tahun 2002. Tercatat pernah menduduki jabatan Kepala Seksi Pembinaan Ketenagaan Lembaga Dakwah dan Majelis Taklim pada tahun 2011. Pada 2 Januari 2015 dirinya diangkat menjadi Kepala Seksi Pengembangan Materi dan Metode Penyuluhan. Di tempat yang sama kini mendapat amanah sebagai Kepala Seksi Pengembangan Penyuluh Agama Islam.
Terkait dengan tugas barunya, Faiz berharap ke depan para penyuluh agama mendapat perhatian khusus terutama peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan materi dakwah. “Saya berharap semua penyuluh bisa terdiklat, paling tidak mendapat pembinaan agar wawasan tentang agama terus meningkat”, tegas pria yang hobi mancing ini.
Diakui Faiz tidak semua penyuluh memahami materi keislaman. Selain itu, para penyuluh juga harus menguasai ilmu komunikasi. Kedepan, lanjut Faiz perlu ada terobosan baru agar kebutuhan penyuluh dilapangan dapat terselesaikan. “Kita akan membuat materi berbasis android atau website supaya para penyuluh fungsional dapat dengan mudah mengakses materi yang akan disampaikan”, ungkapnya.
Selain itu, dalam rangka memberikan motivasi dan apresiasi penyuluh agama Islam, setiap tahunnya diadakan pemilihan Penyuluh Teladan Nasional bahkan tahun 2018 diselenggarakan pemilihan penyuluh agama Islam non PNS untuk pertama kalinya. “Setiap tahun kita menyelenggarakan pemilihan penyuluh teladan nasional, termasuk tahun ini dan tahun 2018 kita akan menyelenggarakan pemilihan penyuluh agama Islam Non PNS yang pertama”, pungkasnya.
(syamsuddin/bimasislam)