Profil kita kali ini ada sosok perempuan enerjik, penuh dedikasi dan berkarakter. Selain dikenal memiliki disiplin dalam bekerja, ia juga akrab dengan semua kalangan. Kepiawaiannya dalam berkomunikasi membuatnya sering mendapatkan kepercayaan dalam mengemban banyak tugas dari pimpinan di mana dia mengabdi.
Adalah wanita keturunan Timur Tengah, kelahiran Jakarta 17 Maret 1976, akrab disapa Ibu Lubenah, sosok sederhana dan supel dalam bergaul. bimasislam berkesempatan mengulik seputar kehidupannya yang tidak banyak diketahui publik. Ditemui diruang kerjanya, Lubenah dengan antusias berbagi pengalaman dan harapannya sebagai karyawan Ditjen Bimas Islam.
Profil Singkat Lubenah
Adalah anak perempuan ke 3 dari 7 bersaudara yang hidup dalam lingkungan agamis. Kedua orang tuanya terutama Abah (ayah-red) adalah sosok yang sangat dihormatinya. Dari Abahnya ia belajar tetang agama dan kedisiplinan. Satu hal yang selalu diingat pesan Abahnya adalah agar memegang prinsip kejujuran dan bertanggungjawab dalam setiap apa yang dikerjakan. Rupanya hal itulah yang membentuk karakter seorang Lubenah yang terkesan “agak“ perfecsionis.
Selesai menamatkan Madrasah Ibtidaiyah, dirinya dikirim ke pesantren moderen Daar El Qolam Tangerang, di pesantren inilah ia belajar kemandirian, kepemimpinan dan tentu pendalaman ilmu agama. Bakat seorang daiyah pun muncul sejak ia menimba ilmu di pesantren yang memiliki ribuan santri ini. Berkat kepiawaiannya dalam berkomunikasi, Lubenah remaja dipercaya menjadi pengurus inti pesantren. Kecintaannya akan dunia pesantren terus beranjut hingga kini, terbukti kedua puteranya kini sedang melanjutkan jejaknya terdahulu.
Setelah enam tahun membangun pondasi ilmu agama di pesantren, Lubenah pun melanjutkan jenjang pendidikan sarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Tafsir Hadits dan berlanjut hingga Pascasarjana. Di Univesitas ini dirinya belajar langsung dengan para Guru Besar dan dosen senior yang sangat dihormati yakni Prof. Said Aqil Al Munawwar, alm. KH. Mustofa Ali Ya’kub dan KH. Syaifuddin Amsir. Di sela sela menjalani perkuliahan Strata 1, ia juga mengambil program studi Islam dan Bahasa Arab di LIPIA serta Ilmu Tafsir di LBIQ.
Seusai menamatkan pendidikan formal, Lubenah muda mulai mewakafkan dirinya untuk melayani umat. Ia aktif diberbagai majelis taklim dan kelompok pendidikan non formal hingga akhirnya menjadi Penyuluh Agama Islam (PAI) Kementerian Agama Jakarta Utara. Kesempatan ini pun tidak disia siakannya, selama 7 tahun ia aktif membina berbagai kelompok pengajian, dari pengajian Ibu Ibu hingga penyuluhan agama dor to dor.
Ketrampilannya dalam berkomunikasi serta pengalaman menagerial seorang penyuluh dalam mengelola kelompok binaan menjadikan dirinya mendapat kepercayaan lebih. Tercatat sejak tahun 2008 hingga 2011 dirinya dipercaya menjadi staf yang bertugas mengatur segala kegiatan dinas Dirjen Bimas Islam pertama, Prof. Nasaruddin Umar, dosennya semasa kuliah di UIN Jakarta.
***
Tugas Baru, Semangat Baru
Seperti yang kita tahu, Ditjen Bimas Islam terus menjalankan proses reforasi birokrasi. Sebagai Satker baru, sejak pisah dengan Bimbingan Haji, Ditjen Bimas Islam terus melakukan terobosan dalam penempatan seorang pejabat. Dan pada Tahun 2011, Lubnah termasuk yang mendapatkan amanah sebagai kepala seksi Pengembangan Seni Islam Subdirektorat Pengembangan Seni Budaya Islam yang sekarang berubah nomenklatur menjadi Subdit Pengembangan Seni Budaya Islam dan Siaran Keagamaan. Di tempat baru inilah dirinya ikut membidani beberapa program monumental, di antaranya Festival Musik Sufi bersekala Internasional. Selain itu, ia juga aktif mengalakkan kesenian Islam tampil diberbagai Televisi.
Kiprah Lubenah berlanjut di Subdit Publikasi Dakwah dan Hari Besar Islam yang kini berubah nomenklatur menjadi Subdit Dakwah dan HBI. Di tempat baru ini ia mengemban tugas yang tidak ringan yakni sebagai Kepala Seksi Penyusunan Naskah Keagamaan. Di antara hasil karyanya adalah mengawal proses Jurnal Bimas Islam dalam mendapatkan akreditasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2016.
Kini, ia mengemban amanah baru sebagai Kepala Seksi Pemetaan Wilayah Dakwah. Disinggung mengenai tugas barunya, perempuan murah senyum ini menegaskan sejumlah harapan dan optimismenya.
“Saya berharap kita segera memiliki sebuah peta dakwah yang dapat memudahkan untuk mengambil kebijakan, wilayah mana yang musti kita tangani terlebih dahulu, apa kebutuhan umat di daerah terutama yang masuk kategori 3T, yakni daerah Tertinggal, Terluar dan Terpencil“, ujar penyuka kuliner ini.
Untuk mencapai target programnya, Lubna mengungkapkan pihaknya telah memulai melakukan pendataan disejumlah daerah dan kedepan akan menggunakan alat teknologi khusus pendataan agar lebih efektif, efisien dan tidak lagi manual.
“Sesuai arahan pimpinan, mulai tahun ini kita sudah mulai melakukan pendataan, saya optimis dengan bantuan teknologi yang akan kita pakai, pemerintah akan memiliki data valid terkait peta dakwah“, tegas Ibu dua anak ini.
Di akhir sessi berbincang dengan bimasislam, Lubenah berharap dirinya mendapat support dari bebagai pihak dalam menjalankan programnya. Baginya, niat baik pasti akan mendapat jalan terbaik.
(syamsuddin)